• Jelajahi

    Copyright © Bedadung
    media news network

    Iklan

    Iklan Beranda

    Visi Hendy-Firjaun yang Kosong Cita-Cita

    , Oktober 20, 2020 WIB

     


    Oleh: Kacung Virtu

     

    Lek njahit kelambi ukurane gak tepak, kelambine iso kedodoran utowo kesempitan. Membuat kebijakan publik seperti menjahit baju, perlu variabel-variabel yang tepat dan terukur secara tepat. Bila variabel-variabel yang digunakan tidak tepat dan tidak terukur secara tepat, kebiajakan publik yang diambil bakal keliru, dapat memperparah masalah atau merusak niat baik yang dilakukan.


    Visi dalam kampanye politik dapat diibaratkan pola baju yang akan dijahit, sedangkan misi adalah ukuran-ukurannya.


    Rancangan rencana kebijakan publik pasangan Hendy-Firjaun tercermin dari visi yang dideklarasikan yang merupakan gabungan dari variabel-variabel atau misi-misi yang diambilnya.


    Apakah pola baju yang ditawarkan oleh Hendy-Firjaun ukuran-ukurannya tepat? Baju seperti apa yang akan didapatkan oleh masyarakat Jember – pas, kedodoran, atau kesempitan? – bila pola baju tersebut benar-benar dijahit?


    Visi dan Misi pasangan Hendy-Firjaun terdiri dari dua Bab. Bab pertama, “Jember Masa Kini”, memuat semacam latar belakang yang berisi tentang permasalahan Jember dan komitmen sang calon Bupati-Wakil Bupati. Latar belakang dalam Bab pertama ini ditulis tampaknya digunakan sebagai kompas atau panduan agar visi dan misi yang disusun dapat lebih fokus atau terarah. Paragraf-paragraf sebelum sub bab “Permasalahan Utama Jember” memaparkan masalah pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan wilayah. Masalah pertumbuhan ekonomi ditengarai disebabkan oleh penurunan di sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan Jember dan sektor sekunder dan tersier yang tidak dikembangkan secara maksimal. Sebelum sub bab tersebut juga memuat komitmen Hendy-Firjaun untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, bertekad memperbaiki Jember dengan cara sinergi dan kolaborasi serta akselerasi. Pernyataan komitmen inilah yang kemudian menjadi visi dari pasangan Hendy-Firjaun.


    Sesuai dengan judulnya, sub bab “Permasalahan Utama Jember” berisi tiga masalah Jember yang dianggap pokok. Pertama adalah masalah kemiskinan: masalah kemiskinan Jember mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang jumlah penduduk miskin Jember tahun 2018. Tidak ada yang keliru dengan mengutip data BPS yang menyebutkan bahwa ada “240 ribuan” (tepatnya 243.420) penduduk miskin di Jember. Namun, dengan menyatakan bahwa dengan jumlah tersebut “menempatkan Jember pada posisi ke 2 Kabupaten dengan penduduk miskin di Jawa Timur secara persentase”, pasangan Hendy-Firjaun tidak hanya melakukan framing, bahkan pasangan tersebut bisa dikatakan melakukan manipulasi atau penyelewengan.


    Berdasarkan jumlah penduduk miskin memang benar Jember menduduki posisi ke-dua terbanyak di Jawa Timur. Tapi, membandingan penduduk miskin antar Kabupaten/Kota tidak tepat hanya berdasarkan jumlah penduduk miskin, karena masing-masing Kabupaten/Kota mempunyai jumlah total penduduk yang berbeda-beda.


    Untuk membandingkan angka penduduk miskin antar Kabupaten/Kota secara adil harus membagi jumlah penduduk miskin dengan jumlah total penduduk dikali 100 persen. Secara prosentase penduduk miskin Jember adalah 9,98% dan tidak menduduki posisi ke 2 di Jawa Timur. 


    Dengan demikian Hendy-Firjaun melakukan apa yang disebut framing, memotong gambaran utuh atau hanya menyajikan sebagian dari suatu gambaran utuh untuk memberikan kesan tertentu, yang dalam konteks ini memberikan kesan sangat tertinggalnya Jember dibanding Kabupaten/Kota lain di Jawa Timur.


    Hal ini diperparah dengan menyebut jumlah penduduk miskin sebagai prosentase penduduk miskin yang keduanya jelas-jelas berbeda.


    Permasalahan kedua, masalah pembangunan manusia, pasangan Hendy-Firjaun hanya memaparkan bahwa indeks pembangunan manusia Jember berada pada posisi ke 31 dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Namun tidak disebutkan data yang digunakan bersumber dari mana dan pada tahun berapa.


    Menurut data BPS, indeks pembangunan manusia di Jember memang berada pada posisi ke 31, tak berubah selama dua tahun, 2017 dan 2018. Namun angka indeks pembangunan manusia di Jember naik dari 64,96 pada tahun 2017 menjadi 65,96 pada tahun 2018.


    Masalah ketimpangan pengeluaran yang diukur dengan indeks Gini menjadi permasalahan ketiga yang dikemukakan pasangan Hendy-Firjaun. Pada dasarnya indeks Gini atau rasio Gini atau koofisien Gini digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan, tapi karena sulit untuk memperoleh data pendapatan maka digunakan data pengeluaran, biasanya, rumah tangga sebagai proksi pendapatan. Jadi, angka yang ditunjukan rasio Gini adalah tingkat ketimpangan pendapatan di masyarakat. Rasio Gini Kabupaten Jember tahun 2017, dari berbagai sumber, memang sebesar 0,34, atau naik 0,03 poin dari tahun 2016 yang sebesar 0,31. Ini artinya, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di masyarakat Jember pada tahun 2017 mengalami kenaikan ketimpangan, semakin timpang, dibanding tahun 2016. Angka rasio Gini yang 0,34 menunjukan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten Jember berada pada tingkat ketimpangan rendah (kurang dari 0,4). 


    Bab kedua Visi dan Misi pasangan Hendy-Firjaun berjudul “Jember Masa Depan”. Judul Bab kedua tersebut mengisyaratkan gerak dinamis dari “Jember Masa Kini” menuju “Jember Masa Depan”. Dengan demikian Bab kedua mempunyai pijakan awal sekaligus panduan dari Bab pertama untuk menentukan arah Visi yang merupakan tujuan umum atau cita-cita ke depan. Sementara Misi adalah serangkaian upaya atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan umum atau cita-cita.


    Visi “Sudah Waktunya Membenahi Jember (Wis Wayahe Mbenahi Jember) dengan Berprinsip pada Sinergi, Kolaborasi dan Akselerasi dalam Membangun Jember” yang dideklarasikan Hendy-Firjaun bukanlah tujuan umum atau cita-cita ke depan. Alih-alih tujuan atau cita-cita, visi pasangan Hendy-Firjaun merupakan cara untuk mencapai tujuan atau cita-cita. Visi pasangan Hendy-Firjaun bukan gambaran “pola baju”, tapi ukuran untuk menggambar pola baju. Artinya, visi tersebut lebih tepat disebut misi. Lalu apa tujuan Hendy-Firjaun? Cita-cita apa yang hendak dicapai Hendy-Firjaun dengan membenahi Jember dengan prinsip sinergi, kolaborasi, dan akselerasi? Visi pasangan Hendy-Firjaun boleh dikatakan kosong cita-cita. 


    Baiklah, agar kita dapat memeriksa misi Hendy-Firjaun, kita asumsikan saja tujuan atau cita-cita Hendy-Firjaun berkait dengan tiga masalah pokok Jember yang sudah dipaparkan pada bab pertama. Artinya, dengan membenahi Jember pasangan Hendy-Firjaun bertujuan atau bercita-cita menurunkan jumlah penduduk miskin di Jember, meningkatkan indeks pembangunan manusia di Jember, dan memperkecil ketimpangan distribusi pendapatan di Jember.


    7 misi yang diemban oleh pasangan Hendy-Firjaun boleh dikatakan menjawab permasalahan jumlah kemiskinan dan indeks pembangunan manusia di Jember. Ketujuh misi tersebut berkait erat dengan upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi, meningkatkan akses untuk kesehatan dan pendidikan, dan memperbaiki hubungan antar lembaga pemerintah pun hubungan antara lembaga pemerintah dengan masyarakat. Namun ketujuh misi tersebut tidak berkaitan dengan upaya melakukan pemerataan pendapatan di Jember yang merupakan cara untuk memperkecil ketimpangan pendapatan yang ditunjukan dengan angka rasio Gini. Apabila pembangunan hanya memprioritaskan pertumbuhan ekonomi secara kuantitas, sehingga mengabaikan pertumbuhan ekonomi secara kualitas, ketimpangan antara si kaya dan si miskin di Jember akan semakin lebar.


    Di samping visi pasangan Hendy-Firjaun yang kosong cita-cita, apa yang juga harus dicatat di sini adalah pengabaian bidang keolahragaan dan seni budaya oleh Hendy-Firjaun. Bagaimanapun pembangunan bidang keolahragaan dan bidang seni-budaya bernilai strategis dalam kehidupan sosial. Untuk mudahnya, pembangunan bidang keolahragaan akan berguna untuk  meningkatkan kesehatan dan kebugaran masyarakat, disamping prestasi olahraga akan dapat menumbuhkan kebanggaan pada masyarakat. Sementara, pembangunan seni-budaya akan mengasah kepekaan dan juga menumbuhkan kebanggaan pada masyarakat. Pengabaian paling fatal yang dilakukan oleh pasangan Hendy-Firjaun dalam visi dan misinya adalah ketiadaan komitmen terhadap pelestarian dan perlindungan lingkungan alam.


    Bagaimana, apakah “pola baju” yang akan dijahit Hendy-Firjaun pas dan cocok untuk Anda?   


    -------------------

    Kacung Virtu* Seorang mantan wartawan yang kini tinggal di jember dan aktif lama dalam aktifitas seni dan budaya, kini sibuk menerjemahkan beberapa literatur budaya dan telah kerjasama dengan  penerbit di Jogja dan Jakarta.


    Kami memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk dapat menuliskan ide dan gagasanya dengan analisa yang dapat dipertanggung jawabkan, dengan tujuan menciptakan Jember lebih maju dan dewasa. 


    Redaksi menerima tulisan berupa opini, artikel, cerpen, dll. 

    Kirim tulisan: redaksibedadung@gmail.com




    #pilkadajember2020 #diskusivisimisi #diskusirakyat #pilkadaserentak2020                              

                      

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Wisata

    +