• Jelajahi

    Copyright © Bedadung
    media news network

    Iklan

    Iklan Beranda

    Kopi Java Coffee Arabica Ijen Raung

    , Desember 19, 2019 WIB

     


    Java Coffee atau yang juga dikenal Arabica Ijen Raung banyak diminati penikmat kopi lokal dan luar negeri.  Salah satu produk kopi ijen java raung yang dijual adalah Adalah 100% Kopi Arabica Murni Yang Di Buat Dari Biji Kopi Merah Dihasilkan dari Perkebunan Rakyat Bondowoso  Jawa Timur. Diproses secara olah Basar (Wash Processed) yang dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman untuk menghasilkan cita rasa kopi yang sempurna.



    Arabika Java Raung Ijen merupakan kopi spesial di Indonesia, yang tumbuh di ketinggian minimal 1.300 mdpl.

    Arabica Java Ijen Raung Coffee 


    Termasuk dalam speciality coffee, Ijen Coffee memiiki body yang ringan, aroma yang seperti coklat dan rasa nikmat dengan keasaman yang pas. Ini lah rasa khas dari kopi yang dipanen dari Pegunungan Ijen, Jawa Timur. Ditanam pada ketinggian 1000 hingga 1400 di atas laut, petani kopi Kami merawat pohon kopi dengan penuh kesabaran dan ketekunan.

    Sekilas Java Coffee:


    Kopi Jawa (Java coffee) adalah kopi yang berasal dari Pulau Jawa di Indonesia. Kopi ini sangatlah terkenal sehingga nama Jawa menjadi nama identitas untuk kopi.

    Kopi Jawa Indonesia tidak memiliki bentuk yang sama dengan kopi Sumatra dan Sulawesi, cita rasa juga tidak terlalu kaya sebagaimana kopi dari Sumatra atau Sulawesi karena sebagian besar kopi Jawa diproses secara basah (wet process). Meskipun begitu, sebagian kopi Jawa mengeluarkan aroma tipis rempah sehingga membuatnya lebih baik dari jenis kopi lainnya. Kopi Jawa memiliki keasaman yang rendah dikombinasikan dengan kondisi tanah, suhu udara, cuaca, serta kelembaban udara.

    Kopi Jawa yang paling terkenal adalah Jampit dan Blawan. Biji kopi Jawa yang tua (disebut old-brown) berbentuk besar, dan rendah kadar asam.

    Kopi ini dengan rasa kuat, pekat, rasa kopi manis. Produksi Kopi Jawa Arabika dipusatkan di tengah Pegunungan Ijen, di bagian ujung timur Pulau Jawa, dengan ketinggian pegunungan 1400 meter. Kopi ini dibudidayakan pertama kali oleh kolonial Belanda pada abad 18 pada perkebunan besar.

    Sejarah A Cup Of Java


    Pada tahun 1696 Wali Kota Amsterdam Nicholas Witsen memerintahkan komandan VOC di Pantai Malabar, Adrian van Ommen untuk membawa bibit kopi ke Batavia atau sekarang yang disebut Jakarta. Bibit kopi tersebut diujicoba pertama di lahan pribadi Gubernur-Jendral VOC Willem van Outhoorn di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Pondok Kopi, Jakarta Timur. Panenan pertama kopi Jawa, hasil perkebunan di Pondok Kopi langsung dikirim ke Hortus Botanicus Amsterdam. Kalangan biolog di Hortus Botanicus Amsterdam kagum akan mutu kopi Jawa. Menurut mereka mutu dan cita rasa kopi Jawa itu melampaui kopi yang pernah mereka ketahui. Para ilmuwan segera mengirim contoh kopi Jawa ke berbagai kebun raya di Eropa.

    Kebun Raya Kerajaan milik Louis XIV salah satunya yang menerima contoh kopi Jawa. Orang-orang Prancis segera memperbanyak contoh kiriman dan mengirimkannya ke tanah jajahan mereka untuk dibudidayakan, termasuk Amerika Tengah dan Selatan. Akhirnya dunia mengakui cita rasa yang mantap dan aromanya yang khas menjadi daya tarik Kopi Jawa. Perdagangan kopi sangat memang menguntungkan VOC, tetapi tidak bagi petani kopi di Indonesia saat itu karena diterapkannya sistem cultivation. Seiring berjalannya waktu, istilah a Cup of Java muncul di dunia barat, hal ini mengesankan kopi Indonesia identik dengan Kopi Jawa, meskipun masih terdapat kopi nikmat lainnya seperti kopi Sumatera dan kopi Sulawesi. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah pada umumnya adalah kopi Arabika, sedangkan di Jawa Timur, Kayu Mas, Blewan, dan Jampit pada umumnya adalah kopi Robusta. Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi Arabika dan Robusta. Jember sudah dikenal dunia sebagai daerah penghasil kopi Jawa yang berkualitas dan nikmat.

    Produksi kopi Jawa dari jenis Kopi arabika yang terkenal di dunia telah membuat banyak pengusaha Jawa sukses berdagang kopi. Harga kopi arabika yang banyak diproduksi di Jawa lebih mahal daripada kopi robusta. Bahkan banyak negara di dunia terutama Amerika dan Eropa menyebut kopi identik Jawa. Produksi kopi Indonesia terbesar ke-3 di dunia.

    Arabica Java Ijen Raung dari Pegunungan Ijen Raung


    Setelah tembus ke pasar Eropa, brand kopi arabika Java Ijen Raung khas Bondowoso kini makin kuat di dunia perkopian internasional. Bahkan sejumlah pasar ekspor baru kini mulai terbuka. Salah satunya pasar ekspor ke negera-negara Asia seperti Korea Selatan dan Jepang.

    Hal itu disampaikan oleh Ir Matsakur, kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bondowoso usai meninjau perkebunan kopi arabika di Sumber Wringin. Sebagai produk unggulan kabupaten (prukab), lanjut dia, pemerintah daerah kini mendorong pekebun kopi untuk terus meningkatkan hasil produksinya.

    Hal itu mengingat permintaan terhadap kopi arabika khas Bondowoso dari tahun ke tahun semakin terbuka luas. Jika selama ini ekspor kopi hanya dilakukan ke Negara-negara Eropa seperti Swiss dan Belanda, ke depan ekspor ke Negara-negara lain akan dijajaki. “Beberapa Negara yang sudah menyatakan berminat adalah Jepang, Korea dan Amerika Serikat,” ujarnya.

    Seperti diketahui, sejak 2011, kopi rakyat yang dikembangkan di cluster perkebunan kopi di Sumber Wringin sudah mulai diekspor ke mancanegara. Catatan Dishutbun menyebutkan, pada pengiriman tahun pertama, ekspor sebanyak 17,6 ton (1Kontainer). Tahun kedua melonjak sebanyak 12 kontainer atau 236,5 ton. Sedangkan pada 2013 lalu, ekspor mencapai 155,3 ton atau sebanyak 6 kontainer.

    Menurut Matsakur, tantangan pekebun kopi saat ini adalah bagaimana meningkatkan jumlah produksi. Karena dengan jumlah produksi yang ada masih belum bisa memenuhi tingginya permintaan dari pasar luar negeri. “Kita ini sangat beruntung. Kopi arabika dari Bondowoso sudah memiliki brand yang cukup kuat di luar negeri. Permintaan sangat besar, bahkan untuk arabika tak terbatas. Tapi sayang produksinya belum bisa memenuhi,” ungkapnya.

    Untuk itulah, melalui kerjasama dengan berbagai pihak, pemerintah akan terus mendorong pekebun kopi untuk meningkatkan jumlah produksinya. Salah satunya dengan memperbanyak tanaman kopi. Ke depan, ada sekitar dua juta bibit yang akan ditanam di cluster kopi sumber wringin dan sekitarnya.

    Meski produksi minim, pihaknya berharap agar petani tidak melakukan cara-cara instant yang justru bisa merugikan di kemudian hari. Misalnya dengan mencampur kopi dari luar Bondowoso dengan kopi di Sumber Wringin hanya demi memenuhi banyaknya permintaan. “Yang terpenting kualitas itu harus tetap dijaga,” pungkasnya.

    Kemenlu fasilitasi pemasaran Kopi Arabica Java Ijen Raung



    KBRN, Bondowoso: Kementerian Luar Negeri akan memfasilitasi pemasaran kopi Arabica Java Ijen Raung produk Bondowoso.


    Kasubdit Ekonomi dan Pembangunan Kementerian Luar Negeri Direktorat Eropa Tengah dan Timur, Tri Sari Diah Paramita mengatakan, kopi Arabika Java Ijen Raung layak bersaing dengan dunia international karena telah lolos uji sebagai kopi yang khas dan unik, berdasarkan standar Specially Coffee Assosiation of America  (SCAA).


    Berdasarkan SCAA, grade kopi Arabika Java Ijen Raung berada di grade 80.
    SCAA juga telah berkunjung ke Indonesia, dan ke Bondowoso untuk meninjau langsung perkebunan kopi Arabika. Seperti yang telah dikatakan Sari kepada RRI saat berkunjung ke perkebunan kopi di Sumberingin, Bondowoso.
    Untuk membantu memasarkan produk kopi Arabika ini, kemenlu akan membawa kopi Arabika Java Ijen ke pameran international. “Tidak hanya itu, kita akan mencarikan eksportir dalam jumlah besar,” kata Sari. Menurut Sari, kopi Arabika produk Bondowoso ini mempunyai peluang besar untuk Eropa Tengah dan Timur, diantaranya, Polandia, Ceko, Ukraina, Rusia, Hungaria, dan Bulgaria. (*)


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Wisata

    +