Alun-Alun Jember sebagai kawasan wisata keluarga murah-meriah mendatangkan keuntungan tersendiri bagi pedagang kaki lima. Apalagi tempat tersebut sangatlah strategis berada di jantung kota. Tak heran bila alun-alun menjadi tempat untuk mendatangkan penghasilan bagi masyarakat kecil di Kabupaten Jember.
Apalagi kondisi Alun-Alun Jember tidak pernah sepi dari kunjungan warga Jember. Dan pemandangan itu nyaris terlihat hampir 24 jam. Apalagi di hari-hari tertentu seperti Jumat, Sabtu dan Minggu pengunjung Alun-Alun Jember kini tidak lagi perorangan, namun juga berbagai komunitas terlihat disana, seperti komunitas motor, komunitas mobil, komunitas reptil dan komunitas sepeda kuno.
Boleh dikata setiap harinya Alun-Alun dipenuhi oleh ratusan orang karena itu, seiring ramainya kawasan tersebut jumlah pedang kaki limanya pun semakin bertambah pula. Aalah satunya adalah pedagan kopi keliling (KOPLING) yang awalnya hanya segelintir orang, kini mencapai 40 orang pedagang KOPLING. Karena itu pedagang kopling ini dihadapakan pada persaingan dan harus pandai membidik pengunjung agar mau membeli dagangannya.
Dikatakan oleh Kartono Ketua Paguyuban Kopling Alun-Alun Jember agar mereka tidak saling berebut pembeli. Dirinya selalu mewanti-wanti agar mereka tetap guyub dan rukun mencari rejeki. Selain itu sebagai ketua, ia tidak bosan-bosannya untuk memberikan arahan agar pedagang kopi keliling ini tetap menjaga kebersihan Alun-Alun dan mentaati aturan berjualan yang telah dibuat oleh PEMKAB Jember.
Menurut Kartono pula paguyuban ini tidak saja beranggotan pedagang kopi keliling, namun juga lima orang diantaranya adalah berstatus sebagai tukang parkir di Alun-Alun Jember. Meski demikian kehadiran mereka tetap diterima oleh pedagang kopi Alun-Alun Jember. Ibarat simbiosis mutualisme, justru tukang parkir ini sangatlah menguntungkan mereka karena tidak dipungkiri tukang parkir tersebut sebagai pelanggan mereka. Hal itu dibenarkan oleh Misladin salah seorang Tukang Parkir Senior yang puluhan tahun mengabdi sebagai tukang parkir di bawah Dinas Perhubungan.
Misradin sendiri mengakui sengaja masuk ke dalam paguyuban kopi keliling tidak lain untuk mencari teman sekaligus saudara. Karena itu agar kegiatan paguyuban ini lebih berarti disaat mereka mengadakan acara kumpul kumpul setiap dua minggu sekali selalu diselipkan kegiatan pengajian. Hal ini untuk lebih mendekatkan diri antara pedangan kopi keliling dan tukang parkir kepada Tuhan yang Maha Esa. Dan sejak adanya kegiatan pengajian di acara pertemuan hampir semua anggota paguyuban datang ke acara tersebut. (win)
Apalagi kondisi Alun-Alun Jember tidak pernah sepi dari kunjungan warga Jember. Dan pemandangan itu nyaris terlihat hampir 24 jam. Apalagi di hari-hari tertentu seperti Jumat, Sabtu dan Minggu pengunjung Alun-Alun Jember kini tidak lagi perorangan, namun juga berbagai komunitas terlihat disana, seperti komunitas motor, komunitas mobil, komunitas reptil dan komunitas sepeda kuno.
Boleh dikata setiap harinya Alun-Alun dipenuhi oleh ratusan orang karena itu, seiring ramainya kawasan tersebut jumlah pedang kaki limanya pun semakin bertambah pula. Aalah satunya adalah pedagan kopi keliling (KOPLING) yang awalnya hanya segelintir orang, kini mencapai 40 orang pedagang KOPLING. Karena itu pedagang kopling ini dihadapakan pada persaingan dan harus pandai membidik pengunjung agar mau membeli dagangannya.
Dikatakan oleh Kartono Ketua Paguyuban Kopling Alun-Alun Jember agar mereka tidak saling berebut pembeli. Dirinya selalu mewanti-wanti agar mereka tetap guyub dan rukun mencari rejeki. Selain itu sebagai ketua, ia tidak bosan-bosannya untuk memberikan arahan agar pedagang kopi keliling ini tetap menjaga kebersihan Alun-Alun dan mentaati aturan berjualan yang telah dibuat oleh PEMKAB Jember.
Menurut Kartono pula paguyuban ini tidak saja beranggotan pedagang kopi keliling, namun juga lima orang diantaranya adalah berstatus sebagai tukang parkir di Alun-Alun Jember. Meski demikian kehadiran mereka tetap diterima oleh pedagang kopi Alun-Alun Jember. Ibarat simbiosis mutualisme, justru tukang parkir ini sangatlah menguntungkan mereka karena tidak dipungkiri tukang parkir tersebut sebagai pelanggan mereka. Hal itu dibenarkan oleh Misladin salah seorang Tukang Parkir Senior yang puluhan tahun mengabdi sebagai tukang parkir di bawah Dinas Perhubungan.
Misradin sendiri mengakui sengaja masuk ke dalam paguyuban kopi keliling tidak lain untuk mencari teman sekaligus saudara. Karena itu agar kegiatan paguyuban ini lebih berarti disaat mereka mengadakan acara kumpul kumpul setiap dua minggu sekali selalu diselipkan kegiatan pengajian. Hal ini untuk lebih mendekatkan diri antara pedangan kopi keliling dan tukang parkir kepada Tuhan yang Maha Esa. Dan sejak adanya kegiatan pengajian di acara pertemuan hampir semua anggota paguyuban datang ke acara tersebut. (win)