• Jelajahi

    Copyright © Bedadung
    media news network

    Iklan

    Iklan Beranda

    Visi dan Misi Pasangan Salam-Ifan Tanpa Pijakan Strategis

    , Oktober 25, 2020 WIB

    Oleh: Kacung Virtu

    Berbeda dengan dua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati sebelumnya, pasangan Salam-Ifan tampaknya berusaha menyusun visi dan misi dengan relatif lebih tersistematisasi. 


    Visi yang merupakan cita-cita dinyatakan dengan jelas dan mempunyai orientasi ke depan. Sementara misi yang merupakan tugas-tugas utama untuk mewujudkan visi dirumuskan sebagai upaya untuk mendefinisikan konsep-konsep abstrak visi sebagai arah dan batasan tugas-tugas yang implementatif dan dapat dicapai. Tugas-tugas dalam misi tersebut kemudian dijabarkan sebagai rincian kerja yang disebut “Dasa Program Juara”.


    Pasangan Salam-Ifan mendeklarasikan visi “Gotong Royong Membangun Jember Maju, Adil dan Sejahtera” yang hendak diwujudkan dengan lima misi. Namun, dari lima misi yang diemban pasangan Salam-Ifan ada dua misi yang merupakan konsep abstrak yang mengulang kembali penyataan dalam visi dan mengulang kembali salah satu tugas dalam misi yang sebenarnya sudah implementatif. Misi ke-dua, “Mewujdukan Jember sejahtera dan merata”, merupakan konsep abstrak yang mengulang pernyataan dalam visi: diksi “sejahtera” tak dijelmakan sebagai tugas untuk mencapai kesejahteraan. Sedangkan misi ke-lima, “Mewujudkan Jember sebagai Kabupaten cerdas dan berbudaya”, justru mengabstrakan kembali misi ke-empat yang sebenarnya sudah implementatif. Pasangan Salam-Ifan, dengan demikian, mengemban tiga tugas pokok: pembangunan ekonomi, perbaikan birokrasi, memajukan pendidikan untuk mewujudkan visi. Keadilan yang merupakan salah satu konsep abstrak yang diusung dalam visi tidak dapat dirumuskan sebagai misi yang implementatif. 


    Upaya untuk menegakkan keadilan, bagaimanapun, tidak dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu mengidentifikasi adanya ketimpangan. Menegakkan keadilan tidak mungkin diekspresikan tanpa keberpihakan pada kelompok-kelompok yang dipinggirkan, mereka yang sulit, bahkan tidak dapat, memperoleh akses pada sumberdaya, sebagai misal, ekonomi, kesehatan, pendidikan, perlindungan/keamanan. Meskipun di dalam misi aspek keadilan tersebut tidak dirumuskan secara implementatif, – secara abstrak dan tersirat aspek keadilan ada di dalam misi “Mewujdukan Jember sejahtera yang merata”, – usaha untuk mewujudkan keadilan untuk akses pada ekonomi dan pendidikan tercermin pada dua poin kerja dalam “Dasa Program Juara”. Poin ke-empat “Dasa Program Juara , “Sekolah gratis . . . beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu asli Jember” dan poin ke-sembilan, “Penurunan penduduk miskin . . . melalui perbaikan data, bantuan sosial, pemodalan, dan pendampingan”, menunjukan pasangan Salam-Ifan berusaha untuk mewujudkan keadilan pendidikan dan ekonomi. 


    Upaya pasangan Salam-Ifan untuk mewujudkan keadilan bukan tanpa masalah. Poin ke-empat “Dasa Program Juara” memperlihatkan masalahnya dengan memberikan batasan abstrak pada upaya mewujudkan keadilan dengan persyaratan “asli Jember”. Apa yang dimaksud asli Jember? Apa kriteria asli Jember? Problem persyaratan asli Jember tersebut dapat mengarah pada politik identitas yang jika tidak dikelola dengan tepat dapat memicu masalah lanjutan, seperti peminggiran kelompok pendatang. 


    Masalah dalam upaya mewujudkan keadilan ekonomi juga tampak pada poin ke-sembilan “Dasa Program Juara”. Bagaimanapun, menurunkan kemiskinan “melalui perbaikan data” terbaca sangat ganjil. Cara untuk menurunkan kemiskinan dengan memperbaiki data, salah satunya, dengan mencoret atau menghapus sejumlah data penduduk miskin. Pada akhirnya, artinya, bukan menurunkan kemiskinan, tapi memanipulasi data kemiskinan. Menurunkan kemiskinan dengan memperbaiki data juga dapat dilakukan dengan mengubah kriteria-kriteria kemiskinan. Namun, mengubah kriteria-kriteria kemiskinan tidak selalu berarti menurunkan kemiskinan. Mengubah kriteria-kriteria kemiskinan bisa jadi menaikan kemiskinan bila kriteria-kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi kemiskinan dilonggarkan. Pertanyaannya, pasangan Salam-Ifan, menggunakan kriteria baku apa untuk mengidentifikasi kemiskinan? Apakah menggunakan kriteria baku Bank Dunia? Atau menggunakan kriteria baku Badan Pusat Statistik? Ada sejumlah kriteria baku untuk mengidentifikasi kemiskinan. 


    Aspek seni-budaya tidak mendapatkan perhatian cukup dalam visi dan misi pasangan Salam-Ifan. Kebudayaan memang disebut dalam poin ke-sepuluh “Dasa Program Juara”. Namun aspek kebudayaan digabungkan atau disubordinasi pada aspek olahraga. Kebudayaan sambil lalu disisipkan dan tanpa disertai program kerja implementatif yang mengacunya. Sebagaimana kebudayaan, aspek lingkungan hidup juga dipandang sebelah mata oleh pasangan Salam-Ifan. Perhatian pada lingkungan (hidup) disubordinasikan pada upaya menarik investasi. Padahal kebudayaan dan lingkungan hidup merupakan dua aspek yang ikut menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Tanpa mempertimbangkan pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan, tanpa meningkatkan mutu lingkungan hidup, upaya mewujudkan kesejahteraan hanya melalui pertumbuhan ekonomi akan mendampakan kerusakan sosial dan lingkungan. 


    Meskipun pasangan Salam-Ifan berupaya menyusun visi-misi secara sitematis, namun pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Jember yang didukung oleh paling banyak partai politik tersebut abai untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan Jember yang penting. Tanpa mengidentifikasi permasalahan-permasalahan Jember, visi dan misi Salam-Ifan kehilangan signifikansinya dan hanya suatu formalitas. Sebagai misal, pasangan Salam-Ifan mengabaikan persoalan tidak kunjung terselesaikannya penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Jember. Padahal, RDTR merupakan fondasi penting bagi Pemerintah Kabupaten untuk melaksanakan pembangunan. Membangun lumbung pangan di setiap desa tidak ada artinya bila lahan-lahan pertanian terus digerogoti oleh proyek-proyek perumahan dan proyek-proyek industrial yang dikerjakan tanpa acuan fungsi ruang. Membangun lumbung pangan tiap desa tidak artinya jika lahan pertanian abadi yang diamanatkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah tidak jelas di mana lokasinya dan berapa luas lahannya.


    Barangkali kita bisa anggap visi-misi pasangan Salam-Ifan merupakan visi dan misi yang relatif lebih tersistematisasi. Namun, visi-misi yang tersusun sangat tersistemasipun tidak ada gunanya jika hanya suatu formalitas, tanpa pijakan strategis. Apalagi visi dan misi pasangan Salam-Ifan yang mengidap sejumlah problem implementasi dan pengabaian-pengabaian. Pijakan strategis membuat visi dan misi mempunyai signifikansi pada realitas nyata yang dihadapi dan mencegahnya menjadi ideal-ideal yang berakar di awang-awang.           


    -------------------

    Kacung Virtu* Seorang yang aktif puluhan tahun di dunia seni dan budaya, juga mantan wartawan. Kini sibuk menerjemahkan berbagai literatur budaya dan telah kerjasama dengan banyak penerbit di Jogja dan Jakarta.


    Kami memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk dapat menuliskan ide dan gagasanya dengan analisa yang dapat dipertanggung jawabkan, dengan tujuan menciptakan Jember lebih maju dan dewasa. Redaksi menerima tulisan berupa opini, artikel, cerpen, dll. 


    Kirim tulisan: redaksibedadung@gmail.com




    #pilkadajember2020 #diskusivisimisi #diskusirakyat #pilkadaserentak2020

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Wisata

    +